Grab Hemat adalah bagian lebih lanjut dari upaya platform untuk mendapatkan pendapatan lebih besar, walaupun itu melanggar regulasi dan merentankan pengemudi.
Artikel ini mengulas perubahan persepsi pengemudi online tentang kemitraan, dari yang 86% setuju kemitraan di tahun 2018 menjadi hanya 42% saja di tahun 2024.
Artikel ini menunjukkan bahwa THR untuk ojol adalah hal yang wajar dan bagian dari hak mereka, bukan sesuatu yang aneh atau tidak logis seperti anggapan masyarakat umum.
This article examines how competition among platforms gig economy in Indonesia drives a "race to the bottom," where companies cut costs by exploiting gig workers.
This article examines the "partnership trap" in Indonesia's gig economy, where digital platforms disguise worker exploitation under the label of partnership, allowing them to worsen working conditions.
Artikel ini menyoroti tentang meluasnya kaum marhaen pada abad 21, yaitu pengemudi ojol, kurir, dan pekerja lain, yang kondisi kerjanya rentan seperti kaum marhaen abad 20.
Tulisan ini menganalisis tentang kerentanan yang dialami oleh pekerja gig di Indonesia, sehingga agenda untuk mendorong kondisi kerja yang layak dan adil menjadi penting.
Artikulasi identitas saminisme telah mampu menguatkan jejaring solidaritas dan membentuk blok aliansi yang begitu kuat dalam menentang ekspansi pabrik semen di Pati.
Pembangunan pada kenyataannya tidak netral, ada beragam kepentingan yang menyertainya. Salah satunya adalah mendepolitisasi pembangunan agar tidak menyasar aspek politis.
Berlatar di Amerika Latin, novel "Sang Pengoceh" menunjukkan adanya berbagai perspektif dan pihak yang saling berkontestasi untuk mengatur masyarakat adat.